Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

CBIA, Cara Cerdas Masyarakat Kenal Obat

Hari ini (27 November), Aku berkesempatan kembali belajar mengenali obat. Kalau pertemuan sebelumnya, bersamaan dengan pameran kesehatan di JIEXPO (14 November). Kali ini, kami blogger yang diundang khusus Kementerian Kesehatan bertandang ke kantor Kemenkes di HR Rasuna Said, Jakarta. 




Sama halnya dengan talkshow Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) di JIEXPO yang mengundang berbagai komunitas, dalam acara Sosialisasi Pencanangan Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan Obat (Gema Cermat) yang dibuka oleh Menteri Kesehatan Nila Djuwita F. Moeloek juga dihadirkan berbagai komunitas, diantaranya komunitas blogger yang berperan sebagai agen kampanye Gema Cermat di ruang-ruang maya dan dalam kehidupan sehari-hari, Komunitas Bekasi Trendi, Kader Posyandu Jakarta Selatan, dan siswa-siswi SMU. Wartawan dari berbagai media pun diundang untuk mengabadikan keseriusan Kemenkes dalam menggerakkan masyarakat untuk cerdas dan cermat menggunakan obat. 

Gema Cermat yang digaungkan oleh Direktorat Jenderal Bina Kesehatan dan Alat Kesehatan- Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian digadang-gadang bisa menjadi harapan dan bagian dari solusi efektif meningkatkan kesehatan masyarakat kekinian. Ya, kekinian, lantaran era informasi yang demikian masif menciptakan ruang-ruang maya dengan intimnya mempengaruhi sikap dan gaya hidup masyarakat. 




Informasi begitu leluasa kita peroleh dengan murah meriah terhadap apapun yang kita butuhkan. Termasuk tentang kesehatan ini. Masyarakat moderen aktif mencari informasi sebanyak-banyaknya bagaimana hidup sehat di situs pencari. Di satu sisi pemasaran obat juga semakin gencar merambahi tidak hanya apotik sekaligus warung-warung kecil pinggir jalan hingga pelosok kampung. Obat bebas makin meraja lela. Terlebih iklan-iklan yang bertebaran memberikan solusi cepat menyembuhkan penyakit. 

Hmm...indikasi mengkhawatirkan di satu sisi. Solusi yang terkesan cepat dan praktis menghilangkan sakit kepala, pilek, demam atau apalah-apalah yang membuat tubuh tidak nyaman, malah secara langsung atau tidak langsung jutsru mengundang penyakit berat hinggap di tubuh kita yang tanpa disadari terindikasi kebal atau resisten. Ini menjadi warning dari Ibu Menkes dalam sambutannya di acara sosialisasi Gema Cermat di Kantor Kemenkes (27/11). Masyarakat agar tidak sembarangan minum obat. Khawatiran masyarakat yang berlebihan dan kepanikan terhadap suatu gejala penyakit, memang menjadi sinyalemen efektif perusahaan obat menggencarkan kampanye. 

Sebagai ibu rumah tangga yang memiliki dua anak yang punya riwayat penyakit radang, memang jujur kerap menimbulkan kepanikan. Apalagi si anak tidak mau makan, demam tidak turun-turun, atau turun naik, sehingga menyegerakan ke dokter untuk membuat suhu tubuhnya turun menjadi langkah solutif. Parasetamol atau penurun panas yang saya beli di minimarket sudah tidak lagi memberikan solusi menurunkan panas. Dan, baru obat dari dokter, dua anak saya langsung turun panasnya. Hmm...mungkin ini yang disebut resisten  kali ya. Harus ke dokter dulu, baru sembuh. Mendengar penjelasan Ibu Menteri tentang antibiotik saya jadi khawatir. Bisa jadi dua anak saya sudah 'ketergantungan" antibiotik. Waktu itu saya memang belum begitu paham tentang antibiotik. Cuma mendengar penjelasan dokter, antibiotik ini harus dihabiskan supaya penyakitnya tidak kambuh lagi...begitu kata dokter anak saya. 

Untungnya anak-anak saya Alhamdulillah berstamina baik dan sehat sehingga jarang sakit. Tetapi ya itu, kalau radang menyerang, obat-obat penurun panas di warung-warung sudah tidak mempan lagi, harus ke dokter baru sembuh. 


CBIA, Solusi Cermat Menggunakan Obat


Dua kali mengikuti talkshow dan seminar Gema Cermat ini terasa sekali manfaatnya. Saya menjadi lebih aware dengan resep-resep dokter dan obat yang beredar. Lengkapnya tentang pemahaman saya tentang obat bisa ceki-ceki di tulisan saya sebelumnya ya 'cermat menggunakan obat, jauhkan dari penyakit". Apalagi dengan pendekatan berbasis komunitas  CBIA - Cara Belajar Insan Aktif, masyarakat jadi  bisa belajar bareng tanpa merasa sungkan atau merasa digurui, karena memang konsepnya yang "pertemanan". Dari teman, biasanya kita tahu banyak hal, berubah dan mengubah pandangan teman-teman kita karena sifatnya yang setara atau sebaya. Dari metode ini tentunya diharapkan masyarakat bisa 'berswamedikasi" yang baik sesuai dengan anjuran.








Mengulik sejarah dikit nih, sebenarnya metode edukasi melalui CBIA bukan hal yang baru loh. Metode ini sudah diperkenalkan sejak tahun 1992 oleh Guru Besar Farmakologi Klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Prof. Dr. Sri Suryawati. Metode ini juga telah dikembangkan selama bertahun-tahun dan diadopsi oleh beberapa negara di Asia. Baru pada tahun 2007, CBIA diakui oleh WHO. Pilot project CBIA sendiri dilaksanakan di Pandeglang. Dan, sejak 2008 hingga kini, CBIA dilaksanakan oleh Kemenkes dan dinilai efektif  dalam mengedukasi  masyarakat sampai akar rumput sekalipun. 

Rekan-rekan blogger yang jadi relawan CBIA dalam sosialisasi Gemacermat ini melakukan simulasi pendekatan CBIA. Pengin juga sih jadi relawan simulasi ini..hehhe tapi karena ada meeting di tempat lain, jadi cuma bisa ngintip ulasan di blog Mbak Farichatul Jannah yang bercerita tentang pengalamannya belajar mengenali obat.




 Menurut Mbak Farichatul Jannah, delapan blogger yang bergabung dalam satu kelompok dipandu oleh Ibu Nelly diminta untuk mengelompokkan obat berdasarkan jenis penyakitnya. Kemudian, dicatat komposisi, indikasi, aturan pakai, efek samping, kontraindikasi sampai kadaluarsanya. Ibu Nelly menjelaskan dengan sabar bahan-bahan yang terkandung pada setiap obat dan pengaruhnya terhadap kesehatan sampai anggota kelompok mengerti.

Dari penjelasan Ibu Nely, terungkap efek samping obat itu memang bikin ngeri. Misal, ada yang punya riwayat penyakit Diabetes karena terindikasi  kena flu, dengan maksud mengusir flu lalu minum obat, nah obat pengusir flu ini justru berefek besar terhadap diabetesnya. Atau kita yang ga sengaja double-double minum obat lantaran bahan-bahan yang terkandung pada satu obat, nyatanya juga ada pada obat lain yang kita minum pada saat yang sama. Hmm ini biasanya terjadi ketika kita berobat di warung untuk mengusir batuk, demam, flu.

Memang perlu proses untuk bisa sepenuhnya mengenali obat. Yang terpenting, kita kudu kritis pada dokter. Obat apa yang diberikan, khasiat dan efeknya. Tidak jarang ditemui, dokter suka irit ngomong ya. Kalau nggak ditanya, nggak akan jelasin. Ini kerap saya temui ketika berobat Barra. Dokternya pasif, biarin deh dibilang bawel, daripada anak saya tambah sakit. 

Dokter kadang cuma nulis resep dan bilang aturan pakai 2x atau 3 x minum obat dalam sehari. Pernahkah kita bertanya pada dokter, berapa lama durasi waktu minum obatnya. Hhmm saya juga baru kepikiran tuh...biasanya cuma dikira-kira aja. Padahal, durasi minum obat juga berpengaruh pada daya kerja bahan-bahan yang terkandung di dalam obat terhadap bakteri atau virus. Dari panduan Gemacermat, ternyata jika resep bertuliskan 2x1 tablet/kapsul/sendok takar artinya durasinya setiap 12 jam. Atau jika 3x1 tablet/kapsul/sendok takar, rentang waktunya setiap 8 jam ke obat berikutnya.

Nah, jika kita ingin mendapatkan khasiat maksimal, juga perlu diperhatikan waktu terapi terbaiknya. Misal, minum vitamin sebaiknya di pagi hari. Obat magh, diminum sebelum makan atau kalau kamu sedang mual, obat anti mual diminum 1/2 - 1 jam sebelum makan. 

Wahhh masih banyak PR yang harus saya kuasai untuk mengenal obat. Makanya, agar swamedikasi saya berjalan sesuai harapan, saya pentengin terus akun media sosial Gemacermat, twitternya @gemacermat dan fanpagenya @cerdas menggunakan obat. Yuk teman-teman follow akun sosmednya juga ya...







6 komentar:

  1. Wah ada aturannya yg ngga banyak diketahui orang ya, Mbaaaak.. :( aku baru tau kalo minum vitamin mesti pagi. Selama ini malem :'

    BalasHapus
  2. Bener banget Mbak perlu mengenali obat...aku sekrang malah sama dokter disuruh yg natural..

    BalasHapus
  3. Bener banget perlu mengenali obat...aku prefer yg natural aja

    BalasHapus
  4. betul banget nih mak..penting untuk tau apa yang kita konsumsi untuk menyembuhkan penyakit. Programnya oke nih Kemkes :)

    BalasHapus
  5. Banyak orang yang belum mengenal obat dengan baik... maka dari itu penting sekali adanya acara kaya gitu

    BalasHapus

Terima kasih atas masukan dan komentarnya.