Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Strategi Sales Memikat Konsumen Rumahan



Bagi ibu-ibu rumah tangga, kayaknya udah punya pengalaman didatangin sales ke rumah-rumah ya. Biasanyanya nih sales panci, kosmetik, dan makanan. Para sales ini umumnya juga memakai rumah ibu-ibu sebagai tempat untuk demo. Yang rada nyebelin menurut saya sih, nggak jarang mereka sekaligus meminta ibu yang rumahnya ketempatan untuk  mengajak tetangga lainnya datang,  menyiapkan segala peralatan yang dibutuhkan, plus membersihkan sendiri begitu habis dipakai.

Kalau ada fee atau komisi beberes dan mengajak orang-orang, saya rasa, ibu-ibu tidak keberatan. Hehe itung-itung nambah uang belanja. Tetapi, kalau cuma say thank you, hmm jadi mikir lagi. Makanya sekarang, saya bisa paham alasan ibu-ibu banyak yang nolak ketika ada sales panci, kosmetik, atau jualan resep makanan yang nawarin "kerja sama" menguntungkan sebelah pihak. Belum lagi, kadang-kadang karena rasa nggak enak yang beli tidak ada, yang empunya rumah jadi terpaksa membeli. 

Menyiasati penolakan ibu-ibu, rupanya para sales produk rumahan ini nggak patah arang loh. Mereka terus gencar menelurkan strategi baru yang lumayan membuat kita terkelabui. Hhee jadi senyum sendiri nih membayangkan pengalaman didatangin sales  beberapa waktu lalu.

Suatu siang, sekitar pukul 12-an, pagar rumah saya diketuk seorang lelaki bertopi dan berpakaian kemeja hitam. Tersenyum manis, lelaki berumur sekitar 25 tahunan itu mengaku sebagai koki restoran yang mau ngetes resep masakan ayam kremes. Katanya, dalam waktu dekat, di daeah GIANT Metland Cilengsi akan dibuka restoran baru yang bernama Kee-Zu. Aku nggak tahu ejaan pastinya. Kata dia, ini restoran ayam kremes terkenal di Bandung. Mungkin teman-teman ada yang tahu ?

Jadi, dalam rangka perkenalan restoran baru itu, dia ditugaskan untuk mengetes rasa ayam kremesnya kepada penduduk sekitar. Asyik dong dikasih ayam..Hmm logikanya sih begitu ya. Tapi, rupanya, dia hanya memasakkan saja. Ayamnya kita yang menyediakan, plus minyak gorengnya. Dia yang menyiapkan tepungnya dan perangkat memasak. Dia juga tidak meminta kita untuk mengajak tetangga lainnya. Cuma keluarga sendiri. Berkali-kali dia menekankan bahwa ini hanya coba resep saja, enak atau tidak. 

Hmm..tapi aku tetap belum yakin, masa sih nggak ada embel-embel lagi. Ehh akhirnya dia bilang, nanti akan diberikan sepotong ayam gratis. Karena saya ragu, akhirnya saya tolak. "Lain kali aja ya mas. Lagipula kami jarang di rumah. Nanti deh kalau restorannya buka, kami akan berkunjung. Kebetulan anak saya suka makan ayam," tolakku halus. Aku lihat kekecewaan di wajahnya. "Coba mas ke Ibu RT aja ya. Biasanya ibu RT suka mengadakan banyak kegiatan. Kan lebih seru kalau resep mas dirasakan banyak orang," Dengan wajah tak ceria, akhirnya dia ngeloyor pergi. 

Dua hari kemudian, selepas maghrib ibuku menyampaikan, besok ada restoran yang ingin promosi resep ayam. Aku diminta membeli seekor ayam. "Loh Ma, itu bukannya kemarin udah ika tolak ?" tanyaku. 'Yang ini beda kayaknya. Perempuan orangnya, dia mau bagi-bagi ayam juga" jawab ibuku. Tapi feelingku mengatakan itu orang yang sama atau dari perusahaan yang sama. Ya udah deh nggak papa, itung-itung dimasakin ayam.

Pukul 11:00 kami sudah menyiapkan ruangan. Kebetulan, mobil dibawa suami kerja sehingga garasi bisa kami sulap jadi dapur. Yang ditunggu datang, tapi tidak membawa perangkat masak seperti yang dijanjikan melalui ibuku. "Ibu mohon maaf ya, hari ini kami masak di banyak tempat, jadi kompornya masih dipake ditempat lain. Boleh nggak kami meminjam kompornya ?" tanya seorang wanita berkerudung dengan halus. Aku melihat dari jendela kamar. Hehe rupanya ia ditemani dengan lelaki yang pernah menemui aku beberapa hari lalu.

" Wahh, nggak bisa mba. Kan perjanjiannya Mba bawa kompor sendiri," jawab ibuku. Akhirnya, disepakati lagi, jadwal memasak dimundurkan pukul 14:00 demi menunggu kompor. Tetangga  yang sejak pagi sudah diworo-woro ibuku agar datang, pulang lagi. Wah...ibuku cukup berhasil merayu sebagian besar tetangga hadir.

Pukul 14:00 kurang, perempuan berkerudung itu sudah datang dengan membawa perangkat memasak lengkap : kompor gas portable, panci dan sekardus peralatan memasak (panci, penggorengan, irus dan sebagainya). Kami sudah siap dengan seekor ayam negeri, minyak goreng, dan telur. Mba-nya sudah menyiapkan bumbu ayam dan tepungnya. Tapi sayang, jumlah tetanggaku yang hadir tidak sebanyak yang pukul 11:00 tadi karena alasan pekerjaan.

Pembawaan perempuan itu hangat dan pandai menarik simpati. Beberapa kali ibuku dipuji. Dia menjelaskan tentang bumbu ayam kremes. Intinya, katanya, bumbunya sama dengan ayam goreng pada umumnya, hanya saja ini ayamnya direbus bersama bumbu yang telah dihaluskan. Biar gurihnya mantep, bisa tambah penyedap masakan, begitu tips darinya. Trus bawang merahnya sedikit saja, nanti kurang enak.

Sayang saya lupa namanya, kalau tidak salah Ani. Ia mengakui, koki masak ayam kremes di restoran yang akan dibuka di Kota Wisata, Cibubur. Ohh bukannya di Giant-Metland Cileungsi seperti yang disampaikan rekan sekerjanya itu. Nama restorannya pun bukan Ke-Zu, tapi ayam kremes Solo-Yogya yang sudah terkenal di Bandung. Hmm jadi tambah bingung aku. Ya sudahlah yang penting sekarang lihat cara memasaknya.  Katanya, sebagai persyaratan lulus menjadi koki, dia harus memasak di 300 tempat atau 300 titik rumah masyarakat sekitar restoran. Kalau sambutan masyarakat bagus, dia lulus jadi koki.

Mama Meka, tetangga sebelahku, menanyakan tentang dus berisi perangkat masak yang tertutup rapat. "Itu dijual ya ?" tanya Mama Meka. "Ohh nggak bu, ini hanya titipan teman," jawab mba itu singkat sambil terus memasak. Tak berapa lama, ayam yang direbus sudah cukup lunak, kompor dimatikan. Ia langsung mengolah tepungnya. Katanya ini hanya tepung sagu biasa yang ditambah penyedap. Tetapi kalau mau beli, ia juga menjual tepung. Hmm sayangnya saya tidak tanya berapa harga tepung itu. Adonan tepung itu dibuat encer sekali, nyaris seperti air saja. Air yang dipakai buat menguleni tepung berasal dari air bekas rebusan. Kemudian ia menyiapkan panci khusus. "Kok pakai panci ya ngegorengnya ? Bisa pakai penggorengan juga  kan ?" tanyaku polos.

Mba itu tidak menjawab. Dia cenderung mengajak kami fokus melihat caranya menggoreng. Minyak goreng lumayan banyak digunakan sampai tergenang betul. Dia berdiri, dan mulailah menumpahkan adonan tepung ke genangan minyak. Sebanyak tiga kali tumpahan sambil diratakan. Mirp seperti mengolah martabak manis di loyang-loyang. Setelah adonan berkembang dan mengeriting, baru dimasukkan ayam yang sudah direbus tadi di dalamnya. Secepat pula, ia menggulung ayam tersebut dalam selimut adonan tepung. 'Ohh..begitu ya caranya. Baru tahu, ayamnya diselimutin tepung. Kirain, mirip cara menggoreng ayam kentuki," ujar ibuku.




"Ooo berbeda ibu, ini harus diperhatikan sekali panci tempat menggorengnya. Tidak semua panci bisa. Harus yang tidak lengket."jawabnya. Tak berapa lama hidangan matang, kami diminta mencicipi. Hasilnya lumayan enak. Gurih dan garing. Alhamdulillah, kami bisa memberikan 4 potong ayam kepada 4 tetangga yang hadir. Lah kami jadi lupa, tidak menanyakan lagi tentang ayam yang katanya akan diberikan gratis untuk kami dan peserta yang hadi.

Usai memasak, ia baru membuka kardus yang sedari tadi tidak diperkenalkan. Semula kardus bergambar panci yang dia sebut sebagai titipan teman, berubah menjadi titipan relasi restorannya yang akan berpameran di Bekasi Square minggu depan. Dia menegaskan, tehnik menggoreng ayam kremes, hanya bisa sukses dengan menggunakan panci yang tidak lengket dan berkualitas baik seperti panci yang dia tawarkan. 

Harganya panci,penggorengan dan perangkat pendukung lainnya ditawarkan  Rp 1,8 juta. Karena kami telah hadir menyaksikan proses memasak ayam kremes, maka mendapatkan harga khusus senilai Rp 1,4 juta. Bisa kredit 10 kali dengan membayar DP 250 ribu, dus panci keluaran Jerman ini akan berpindah tangan. Ooo jadi jualan toh..


Sayangnya kami sudah mempunyai panci serupa, jadi tidak bisa membeli lagi. Tetanggaku yang lainnya juga tidak berminat membeli. Mereka pikir, sudah punya panci atau penggorengan yang anti lengket. Melihat ibu-ibu tidak antusias, ia menawarkan barangkali ada yang ingin membeli tepung yang dibuatnya. Sayangnya juga, ibu-ibu tidak ada yang membeli, karena mba Ani tadi sempat bilang, tepungnya hanya tepung tapioka biasa yang diberikan telur dan penyedap. Gurihnya sudah ada di ayam yang direbus tadi. So, nggak perlu beli tepung lagi. Tak hanya itu, perempuan yang mengaku asal Bandung ini juga siap sedia dipanggil dan memasak aneka menu jika ibu-ibu membeli produk pancinya, free tanpa charge. Walah...luar biasa service-nya.

Tetapi, tetap kami tak bergeming. Karena memang, harganya cukup mahal. By the way, aku cuma bisa ngucapin ..."Semoga jualannya laku ya mba di tempat lain. Mohon maaf kami tak membeli...!"



 





Resolusi Hijau 2015 : Menghijaukan Atap Rumah




Resolusi Hijau ini masih menjadi bagian dari resolusi kami sepanjang tahun. Meski tak sepenuhnya kami bisa lakukan. Tetapi setidaknya, resolusi untuk menjaga kelestarian dan keseimbangan lingkungan tetap menjadi grand design yang selalu kami agendakan. 

Apalagi melihat situasi saat ini. Bencana alam yang diakibatkan dari kerusakan lingkungan oleh sikap dan perilaku manusia makin eksis. Banjir salah satunya, yang sepertinya tak mengenal ampun terus terjadi sepanjang tahun. Bahkan lebih luas areanya dengan waktu yang lebih lama menggenangi area permukiman penduduk.

"Ma, kok masyarakat tidak mau pindah ya, padahal kan itu daerah sungai," ujar anakku Meilia (9 tahun) yang sudah mulai kritis beropini ketika melihat penayangan korban banjir di televisi. 

"Ya, begitulah Mel, mereka belum sadar. Buang sampah asal lempar ke sungai, sementara mereka tinggal di sekitar sungai." jawabku. "Ihh..kan bau ya Ma kalau sampahnya udah menumpuk. Belum lagi banyak lalat," timpal Meili. "Ya pastinya berbau, tapi sudah kerapkali disampaikan agar tidak membuang sampah dan pindah ke rumah susun yang sudah disediakan pemerintah DKI, masih juga belum paham. Akhirnya ya seperti itu sepanjang tahun," ujarku. Itu baru satu faktor, belum lagi tentang tata ruang yang tidak memperhatikan lingkungan. "Kayak mal-mal itu ya Ma kebanyakan ?" tanya Meili terus menimpali.

Kami memang kalau sudah terlibat dalam diskusi bisa lama. Meili selalu bertanya dan beropini tentang hal-hal yang mengusik hati dan pikirannya. Sekolah Meili juga  kerap menugaskan anak-anak mengarang dan tugas kelompok yang membahas tentang kelestarian lingkungan. 

Rumah kami, bukan suatu kebetulan berlokasi tidak jauh dari sekolah, menjadi base camp teman-teman Meili belajar kelompok. Menurut Meili, teman-temannya senang belajar di rumah, karena adem dan ada kolam ikannya. 


Ya, Alhamdulillah, rumah bertipe 28/72 yang kami tinggali sejak 2008, memang dikonsep hijau. Suamiku suka bertanam, kalau aku hhehe suka menikmatinya. Sebelum uang kami cukup untuk merenovasi penuh, terlebih dahulu kami membangun tempat sampah di samping rumah, selokan kami perdalam. Maklum, rumah sederhana dengan pengembang yang kurang bagus menata lingkungan dan sanitasi, membuat kami harus ekstra memperhitungkan segala faktor yang bisa menyulitkan, terutama soal sampah dan pembuangan air

Semula tetangga sekitar, seenaknya saja menggantung sampahnya di pohon di samping rumahku. Memang, pohon itu ada di pinggir jalan, tetapi masih area rumah kami. Tanpa banyak komentar, kami membuat tempat sampah yang agak besar sehingga bisa menampung sekaligus punya tetangga yang suka menggantungkan sampahnya di pekarangan orang lain. 

Alhamdulillah, langkah kami ini beberapa tahun kemudian diikuti oleh tetangga lainnya. Mereka patungan membangun tempat sampah di samping rumah. Hanya yang belum, diantaranya memperdalam dan memperbaiki selokan. Susah-susah gampang menggerakkan masyarakat. Kami mencoba untuk memberikan contoh kecil saja. 

Barra asyik menyiram bibit sawi


Volume hujan dan frekuensi hujan yang lumayan sering akhir-akhir ini, nyaris membuat lingkungan perumahan kami di Griya Alam Sentosa, Cileungsi, tergenang air. Berbeda kondisinya ketika kami baru menempati rumah KPR ini, boleh dikata, tak pernah tergenang. Air hujan cepat menemukan muaranya. Hmm, tentunya ini menjadi pekerjaan rumah masyarakat sekitar yang harus sama-sama dibenahi.

Sempat kami menanam berbagai tanaman di sekelilng rumah yang menghadap jalan. Suamiku sudah membuat areanya. Tetapi rupanya belum sukses tumbuh, namun sukses besar dimakan kambing. Lingkungan rumah kami kerap disinggahi kambing-kambing milik penduduk yang tinggal di luar kompeks. Huff..suka rada kesal. Tapi pemilik kambing tetap tidak peduli. Ini salah satu yang membuat tetangga sekitar sedikit kapok menanam  di pekarangan rumahnya.


Menciptakan Kesejukan di Rumah


Berawal dari perilaku, kami coba untuk menanamkan kepada dua anakku, Meili dan Barra agar mencintai lingkungan.  Kami membuat kolam ikan, memelihara burung, dan tanaman. Meski belum sempurna, kami terus belajar. Dengan mencintai alam dan ciptaan Allah yang lainnya, kami pun merasakan kenikmatannya. Alhamdulillah, kolam ikan kami sudah membesarkan ikan mas, mujaer, lele, patin yang kami nikmati. Barra senang sekali kalau diminta untuk memberi makan ikan. 


Alhamdulillah ikan patin yang kami piara dari orok siap digoreng

Tanaman cabe yang kami pelihara, sudah beberapa kali panen semangkuk. Soal bercocok tanam ini, kami mengaku banyak gagal hehe. Mungkin karena belum fokus bertanam sayuran dan atap rumah yang lumayan panas sehingga hasilnya tidak tumbuh optimal. Kecuali cabe, lebih mudah. Lumayan dikala harga cabe melangit, kami tinggal nyeplus dari pohonnya langsung.

Proses menumbuhkan dan memelihara itu suatu kenikmatan lagi. Menyiram, memupuk, mengganti media tanam. Hmm..kalau sudah begitu, anak-anak jadi sekaligus main tanah deh.


tanaman cabe di atap rumah


Rumah yang sejuk memang membawa energi positif. Ketika pikiran sedang penat, kami duduk di pojok rumah untuk sekedar mendengar kicauan burung, memperhatikan ikan yang berkecipakan dan gemericik air yang sekaligus berfungsi membersihkan air kolam. Ahh..benar-benar dream comes true. Meili dan teman-temannya pun nyaman bermain di rumah. Memelihara tanaman juga melatih kepekaan dan melembutkan hati kami. 

Sebelum beraktivitas, suamiku menyempatkan diri menyiram, memberi makan burung, dan membersihkan dedaunan yang kotor dari debu. Sorenya, bagian aku. Jika kami pergi ke luar kota berhari-hari, kami tak lupa membayar orang per hari untuk sekedar menyiram tanaman, memberi makan ikan dan burung. Alhamdulillah, rezeki kami pun mengalir terus. Kata Allah, jika kita memelihara ciptaan-Nya, Dia akan jamin rezeki dan hidup kita tak akan berkekurangan. Hmm...ceritanya kami sedang mengamalkan itu ;)




Menghijaukan Atap Rumah

 

Ini yang Insya Allah menjadi resolusi kami di 2015. Jika ada rezeki berlebih, kami berencana mengecor atap rumah lebih luas untuk dijadikan wahana tanaman hias dan menambah ruangan untuk perpustakaan. Meili dan Barra suka membawa teman-temannya ke rumah. Kalau tidak bermain, belajar, nonton VCD, atau membaca buku-buku cerita dan majalah Bobo bekas. Jadi, timbul keinginan kami membangun rumah baca. 



Kegiatan konservasi alam yang kami baca di The Nature Conservancy Program Indonesia benar-benar menjadi inspirasi bagi kami untuk mencintai dan lebih peduli pada lingkungan. Sebagai lembaga nirlaba internasional, The Nature Conservancy memiliki program pemberdayaan masyarakat yang menekankan pada aspek kelestarian lingkungan, baik di darat maupun laut. Prinsipnya, hidup manusia makin berkualitas dengan selalu menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. 

The Nature Conservancy memberikan inspirasi dan senantiasa mendorong kemandirian masyarakat melalui sikap dan peduli terhadap lingkungan, mengoptimalkan potensi yang ada untuk kesejahteraan. 

Dan, kami berupaya untuk mewujudkan hidup berkualitas, mulai dari rumah. Insya Allah resolusi menghijaukan atap rumah tahun ini bisa tercapai.  Aamiin. #resolusihijau2015






Ketika Ustad Selebritis 'Ahmad Al Habsyi' Berdakwah di Cileungsi


Memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW, perkumpulan ibu-ibu pengajian di lingkungan Griya Alam Sentosa, mengundang Ustadz Ahmad Al Habsyi. Seminggu sebelum acara (25/1), anakku Meilia (9 tahun) sudah mewanti-wanti agar hari itu tidak kemana-mana, karena mau lihat ceramah. Wahh semangat betul ;). Ya, teman-teman sekolahnya ramai membicarakan ustad ganteng yang lumayan sering nongol di TV. Mereka berencana "nonton bareng".  "Ma, nanti aku berangkatnya bareng Darin dan Gita ya..!" ujar Meili. 

Jujur, aku tidak begitu mengenal nama ustad ini ketika anakku menyebutnya. "Masa Mama nggak tahu sih, itu loh Ma yang sering ada di TV..." Meili terus memaksaku mengingat. Ia yakin betul mamanya hapal para ustad yang tampil di TV.

 Hmm..aku mencoba mengingat-ingat..sepertinya aku tahu wajah, tapi tidak hapal nama. Maklum, aku hanya tahu ustad tertentu saja. Terutama Ustad Quraish Shihab, paling hapal. Tapi sudah kutebak sih penampakan ustad Ahmad Al Habsyi ini. Masih bisa dihitung dengan jari, ustad-ustad yang seperti selebritis. Sepertinya ustad yang ada di film hijab deh yang berperan sebagai habib yang menasihati Gamal agar rujuk dengan istrinya. Browshing sebentar di Google, ohh benar saja hhehe, ustad berwajah enak dipandang itu (tapi aku nggak ngefans loh ;) ).

Ibu-ibu heboh melihat Ustad Ahmad AlHabsyi datang.


Menjelang zuhur, ibu-ibu sudah ramai mendatangi mesjid. Ini memang acara HUT perkumpulan pengajian ibu-ibu, jadi yang datang hampir sepenuhnya kaum perempuan. Kaum bapak tidak sedikit juga yang duduk di mesjid. Panggung acara didirikan di halaman mesjid. Seluruh area luar, dikuasai ibu-ibu. Bazar makanan, pakaian, sandal ramai di sekeliling mesjid. Tak jauh dari panggung, berdiri stand meja manajemen Ustad Ahmad Al Habsyi yang menjual buku, CD, baju koko dan kerudung. Stand itu nyaris tak ada yang mengunjungi dibanding stand makanan.

Dijadwalkan ceramah pukul 13:00 wib. Aku datang sekitar pukul 13:00 kurang bersama Barra, Meili dan teman Meili. Meili tidak jadi bersama teman-teman di sekolahnya. Ibu-ibu tetangga sempat mengajak berangkat bareng sejak Zuhur. 

Sudah pukul 14:00, ustad tidak kunjung datang. Anak-anak mulai gelisah, minta pulang. Ibu-ibu yang membawa anak seperti aku sibuk ngademin anak dengan jajan. Barra, sepertinya sudah resah. Dia menggaruk-garuk kepalanya. 'Ma, pak ustadnya udah nyampe belom ?" tanya Barra ( 4 tahun). "Belum de, sebentar lagi !" jawabku. 

Ibu-ibu di sebelahku mencoba sabar dengan berbaik sangka. "Kalau minggu begini, macet banget di Cibubur," ujar salah seorang diantaranya. Sejak aku datang, ibu-ibu ini sudah duduk manis di pelataran mesjid. Langit perlahan menggelap. Sepertinya, awan sudah tak tahan menahan air. Wahh, gimana kalau hujan nih. Area panggung bisa tampias air. Tendanya juga tidak luas. Bisa dipastikan begitu hujan turun, ceramah terganggu. 

Tak berapa lama kemudian sekitar pukul setengah tiga, Fortuner putih mengkilat melaju masuk ke samping area mesjid. Para bapak yang bertugas menyambut, langsung mengerubung. Ibu-ibu yang sedari tadi duduk manis, langsung berdiri, ustadnya sudah datang. Suasana menjadi heboh. Bagai makanan yang diserbu lalat, ibu-ibu sudah tidak beraturan  mendekati sosok ustad berketurunan Arab itu. Paparazi-paparazi berkerudung mendadak muncul dengan kamera android. Ibu-ibu di kanan kiriku sibuk menganggumi kegantengan si ustad. "Lebih putih aslinya ya," seloroh ibu-ibu yang disambut senyum-senyum oleh temannya.

Ustad Ahmad tanpa banyak basa basi lagi langsung berceramah. Ia menyapa manis ibu-ibu yang sedang ber-eforia. Kamera android tak putus merekam setiap gerak ustad yang populer di TV sejak 2005 ini. Bukan suatu kebetulan lagunya yang berjudul Salam Bagi Nabi sukses disukai jamaah. Kami sempat melantunkan salawat Nabi. Sejenak cukup syahdu. Dalam ceramahnya, ustad menjelaskan tentang idola yang seharusnya ditanamkan di benak umat Islam yaitu Rosulullah dan ulama. 

Gayanya yang dibikin gaul dan cair, terus menebarkan pesona jamaah. Namun sayang, ustad tidak menjelaskan dengan dalam bagaimana akhlak Rosulullah. Ia lebih banyak mempromosikan   bukunya yang berjudul "7 Keajaiban Orang Tua".



Suami Putri Aisyah Amini ini mengisahkan betapa lamanya ia menulis buku yang katanya 'best of best seller'. Selama 3,5 tahun dengan penuh cucuran air mata. Intinya buku yang juga akan difilmkan pada April 2015 menceritakan tentang keteladanan menghormati ibunda-orang tua. Ustad beranak tiga ini  juga mempromosikan CD kumpulan ceramahnya.

Tak seberapa lama, hujan yang memang sudah diperkirakan turun, akhirnya turun  deras. Ibu-ibu yang asyik memperhatikan ustad di panggung, langsung kocar-kacir menuju pelataran mesjid. Meja jualan buku dan promo yang tak bertenda itu pun basah oleh hujan. Beberapa orang berpakaian dengan label manajemen Ustad Ahmad Al Habsyi sibuk mengamankan barang dagangannya. Mobil manajemen yang berisi kumpulan buku dan CD ditarik lebih ke arah jamaah dan disulap menjadi "toko".

Isi 'ceramah" nyaris tak begitu terdengar. Anakku Barra sudah mulai meminta pulang di tengah hujan deras. Ustad tetap melanjutkan ceramahnya yang terpotong oleh hujan yang tiba-tiba menyambar. Namun itu tak lama, langsung ditutup dengan doa yang lumayan mengetuk hati tentang sosok ibu. Pak Ustad memberikan buku dan CD-nya kepada salah seorang jamaah yang menangis terisak karena doanya itu.







Begitu selesai ceramah sekitar pukul setengah empat, ibu-ibu langsung kalap menyerbu mobil jualan buku yang dipromosikan sepanjang ceramah. Harga bukunya cukup mahal Rp 50 ribu. Tapi itu tak dihiraukan oleh ibu-ibu ini. Mereka berebutan menyerbu mobil buku. 

Anak kelas 1 SD, tetangga sebelah ikutan merengek minta dibelikan buku oleh ibunya. Si Ibu tampak gusar melirik isi dompet. Dan, Ibunya memanggilku, " Mama Meili beli buku nggak ?"..Aku raba kantongku, sepertinya tidak cukup uangnya. " Kayaknya nggak Mama Meka, kurang duitnya." jawabku. "Mau pinjam uang saya ? " tawarnya. "Hmm nggak usah Mama Meka, nanti saya beli di toko buku kalau ada. makasih ya.." jawabku.

Sesampai di rumah, aku membahas ceramah Pak Ustad dengan Meili. "Meili tadi pak Ustadnya ngomong apa aja ? tanyaku. Meili mencoba mengingat-ingat. " Ahh lupa Meili Ma. Yang beli buku banyak banget !' jawab Meili polos. Semoga aja, para ibu yang membeli buku Ustad Ahmad bisa membacanya sampai habis. Jadi, ustadnya nggak perlu banyak-banyak menjelaskan," timpalku geli. 

Hmm...beginilah memang kalau ustad selebritis 'berdakwah". Pesannya tak jelas sampai, jamaahnya sudah heboh dengan "penampakan nyata" ustad yang selama ini ditonton di televisi. Dalam situasi seperti ini hampir sulit dibedakan antara ustad dan sales buku ;)







Sukses Jadi Blogger Keren di Kopi Susu Warung Blogger

Keren, ya dong, blogger sekarang harus keren. Keren tulisannya, keren juga duitnye hhehe. Pokoknya kita bisa tunjukin deh dengan jadi blogger bisa hidup mapan, nggak kalah dengan mereka yang kerja kantoran. Apalagi sekarang jamannya gajet dan internetan, hmm kalau ngga digunakan optimal, rugi banget. Nah Warung Blogger bersama dengan Access Trade Indonesia menggelar acara #KopiSusu di Outback Steak House, Kuningan City, Jakarta.

Wuihh pesertanya yang terdiri dari para blogger muda dan senior tumplek kepoin bagaimana menjadi blogger keren. Pembicaranya, ada Mas Yulius dari Access Trade Indonesia memberikan solusi cara blogger jadi jutawan. Caranya, gabung jadi member Access Trade. Access trade Indonesia adalah sebuah tempat para blogger Indonesia berafiliasi. Mas Yulius menjelaskan, banyak kelebihan menjadi member dibanding google ads atau yang lainnyaDiantaranya, blogger lebih mudah mencairkan komisi, heheh. Sistemnya CPA, jadi disini kuncinya adalah content yang bagus dan relevan sesuai dengan target pembaca yang ingin kita bidik. Selain itu, Acces Trade juga menawarkan program member get member. Ada komisinya loh per member. Lumayan buat isi kas hehe.

Nah, salah satu kunci postingan kita nyaman suka dibaca orang, selain postingannya bagus juga desainnya harus enak dilihat. Mbak Shinta Ries seorang blogger sejati yang pintar desain kasih tips content creatve dan desain blog yang menarik.



Nggak ketinggalan seorang publisher sukses yang menjadi member Access Trade Clinton, Elmail Clinton juga bertestimoni cara membuat postingan yang oke. Intinya, buat judul memikat, isi yang sesuai dan pembaca yang tertarget. Oya, si Elmail ini telah berpenghasilan rata-rata 3 jutaan dari ngeblog aja.

Terakhir, blogger juga perlu tahu tentang SEO (Search Engine Optimazation). Mas Argun dari Dewa SEO buka-bukan rahasia postingan nangkring di page 1. Diantaranya, kata Mas Argun, blogger harus jeli memilih isu yang sedang berkembang atau content yang banyak dicari orang, menggunakan bahasa yang baku, jangan seenaknya menggunakan bahasa, buatlah judul yang lengkap dan informatif, serta berbagilah postingan kita di media sosial, dan sering- seringlah bergaul dengan sesama blogger. Foto yang kita posting juga perlu diberi judul sehingga bisa muncul di search gambar google.

Wahh seru banget acara kopi susu hari ini. Makanannya juga oke dari Outback SteakHouse.






Film Hijab dan Potret Realitas Muslimah


Awalnya saya tidak begitu tertarik dengan judul film ini  dibanding dengan film seangkatannya "Dibalik 98" yang meluncur pada waktu bersamaan. Selintas trailernya pun, saya melihatnya biasa saja. Gambaran saya adalah film yang bercerita tentang muslimah yang ingin eksis berbisnis hijab. Namun yang menggelitik, ketika membaca sutradaranya adalah Hanung Bramantyo. hmmm..tumbenan nih Mas Hanung bikin film  bergenre komedi.

Saya memang salah satu penggemar film yang dibuat suami Zaskia Adya Mecca ini. Film-filmnya seperti Perempuan Berkalung Sorban, Sang Pencerah, benar-benar membuka mata tentang realitas kaum muslim. Lantas, apa yang ingin disuguhkan Hanung dalam Hijab ? Apa jangan-jangan melulu menonjolkan bisnis busana muslimnya Zaskia ? Ahh..rasanya tidak secetek itu alur berfikir seorang Hanung. Pasti ada sesuatu yang ingin dia angkat. Dan, itu biasanya bikin gerah sejumlah orang :). 
 
Hehe benar saja, di timeline  sudah mulai berisik komentar bernada sinis dan antipati terhadap film yang konon dibiayai sendiri oleh keluarga Hanung dan istrinya. Namanya orang kita kebanyakan, kalau dilarang, jadi makin penasaran. Yang lucunya, komentar-komentar sinis yang saya baca, keluar dari mulut mereka yang belum menonton film ini. Kok bisa sudah langsung menjustifikasi film ini "haram" ditonton. Sampai-sampai Hanung dan istrinya divonis sebagai kaum pembenci Islam. Walah...sampai segitunya sihh.  Harus diakui memang, realitas orang kita  juara deh kalau disuruh menghakimi orang.



Bersama temanku, Mbak Jatu Mursito yang bukan kebetulan suaminya juga orang film - Mas Shabana Amin, berangkatlah  ke XX1 Plasa Cibubur (21/1). Pada waktu bersamaan di Bekasi Square dan Summarecon Mall Bekasi juga sedang ada nobar bersama Zaskia. Karena faktor lokasi, kami memilih yang terdekat dengan rumah.

Rupanya hari itu Film Hijab beberapa kali diputar. Kami memilih pukul 14:55. Pada jam sebelumnya, 12:45, film ini tampak ramai penonton. Bersileweran muslimah berhijab keluar dari studio 3. Giliran jam kami, terlihat sepi. Sepertinya tidak ada 20 orang. Ada beberapa yang membawa keluarga dan anak-anak. Kebanyakan memang berhijab.

Persahabatan, eksistensi muslimah, dan keluarga

 

Inilah nilai-nilai moral yang coba diangkat dalam Film Hijab. Bagi yang masih nyinyir terhadap film ini, cobalah tonton dan sejenak mengosongkan gelas dalam pikiran. Relaks..Cobalah sebentar saja melepas "baju takwa' yang diyakini, lihatlah realitas di sekeliling kita, apa yang sesungguhnya terjadi pada umat, khususnya muslimah.

Saya muslimah, saya mengalami dan saya cermati banyak muslimah yang galau ketika berumah tangga. Budaya patrilineal kita yang bertalian erat dengan dogma-dogma agama yang menyatakan wanita harus patuh pada suami apapun itu, harus mengurus rumah tangga total masih kental. Istri tidak boleh keluar rumah kalau tidak ditemani suami atau muhrimnya, tidak boleh bekerja untuk sekedar menambah uang belanja. Ini kenyataan yang banyak dialami sebagian muslimah. 
Tanpa sengaja mungkin, ada istri seorang pengurus Yayasan Islam curhat di tengah kejenuhannya di rumah. Ia mengeluh dengan perlakuan suaminya yang tidak memperbolehkan bekerja sejak menikah. Bahkan untuk keluar rumah pun kalau tidak ditemani suaminya tidak bisa. Dia merasa jenuh. Memang, di rumahnya ada aktivitas mengurus anak-anak kurang mampu belajar agama, tetapi ada sisi lain dimana dia merasa kosong.

Seorang teman dekat sedang penjajakan untuk hubungan lebih lanjut, belum apa-apa si pria langsung menyuruhnya keluar dari PNS untuk beralih total menjadi ibu rumah tangga. Diargumentasikan seperti apapun, si pria tetap bersikukuh, istri harus di rumah. Hmm..akhirnya teman saya harus berfikir ulang untuk melanjutkan ke hubungan yang lebih jauh. Ini baru sedikit realitas yang saya temui. 
Nah, Hanung memotret realitas-realitas yang terjadi dengan begitu renyah. Ya..serenyah kita mengunyah popcorn sambil nonton.   Dia berhasil membuat kita tertawa, terutama menertawai polemik yang terjadi di sekitar kita. Atau boleh jadi menertawai diri kita sendiri. (Pernahkah kita menertawai diri sendiri? )

Film ini berkisah tentang perjalanan persahabatan 4 orang perempuan yaitu Zaskia Adya Mecca (Sari), Carissa Putri (Bia), Tika Bravani (Tata), Natasha Rizki(Anin)  yang berbeda karakter. Ketiganya sudah menikah, hanya  Anin masih menjomblo. Sebelum menikah, mereka adalah wanita mandiri. Tetapi begitu menikah, mereka praktis ikut suami, tidak beraktivitas selain melayani dan mengurus rumah tangga.



Arisan adalah media mereka berkumpul. Termasuk  Anin, meski belum menikah dengan Chaky-pacarnya, tidak pernah absen arisan. Mereka memasak bersama dan saling bercengkrama. Dalam pergaulan diantara mereka, tetap eksis karakter masing-masing, termasuk visi hidup dan pandangan yang diyakininya. Hanung sengaja mempertemukan friksi-friksi pandangan  mereka dengan santai dan mengalir.

Bibit konflik disuburkan ketika pengocokan arisan, Gamal (Mike Lucock), suami Sari kerap menyindir, "Semua arisan ibu-ibu, sebenarnya adalah arisan suami, karena duitnya dari suami." Celotehan Gamal membuat para istri  terusik dan berfikir bagaimana bisa menjadi istri berdaya secara finansial. Muncullah ide untuk berbisnis hijab online. Bukan suatu kebetulan Bia pintar mendesain pakaian. 

Ketiganya selain Anin memang sudah berhijab. Yang bikin senyum, Hanung menyuguhkan alasan berhijab yang tidak biasa hehhe. Tata mengaku terpaksa berhijab untuk menutupi kepalanya yang botak karena korban kerontokan rambut. Karena itu, ia merasa nyaman dengan gaya hijab turban. Bia karena 'terjebak" lantaran mengikuti suatu acara keislaman yang notabene seluruh pesertanya berhijab. Ada rasa malu dan risih jika dia tak mengenakan hijab pada saat acara tersebut. Setelah itu, ia tenar dijuluki si gadis hidayah dan kerap menjadi pembicara di berbagai acara keagamaan. Jadilah terjebak, ia tak bisa melepaskan hijabnya di muka umum. Dan, Sari, memang sudah berhijab. Setelah menikah dengan suami berketurunan Arab, dia diharuskan berhijab syar'i. Bahkan kalau perlu bercadar. Sedangkan Anin, digambarkan sebagai perempuan modis, berani berpakaian terbuka. Sebuah paradoks memang. 

Suami-suami mereka juga punya visi yang berbeda tentang rumah tangga. Gamal jelas, dia punya prinsip, kewajiban suami menafkahi istrinya sehingga istrinya tidak boleh bekerja. Suami Bia seorang artis sinetron dan suami Tata adalah seorang fotografer. Ada ego yang tinggi sebagai suami. Bahkan, suami Bia, merasa takut jika istri bekerja dan punya penghasilan lebih akan meninggalkannya. Pacar  Anin, seorang sutradara yang filmnya kerap didemo ormas Islam, berpandangan sebaliknya. Dia memberikan kebebasan kepada perempuan untuk mengembangkan potensinya dan mandiri. Dalam hubungan suami istri, menurut Anin dan pacarnya, sejatinya adalah partner yang saling mengisi.

Di sinilah konflik dimulai : mereka berbisnis secara sembunyi-sembunyi. Karena tidak ada keterbukaan, akhirnya menimbulkan banyak masalah. Di saat bisnis mereka sedang berkembang dan berhasil mendirikan butik yang diberi nama 'Meccanism'. justru pekerjaan suami Bia dan Tata berada di ujung tanduk. Kecurigaan, rasa cemburu, dan harga diri jatuh menghantui para suami.

Konflik dibuat klimaks ketika Sari memutuskan berhenti total dari bisnis itu. Suaminya menawarkan harga mati jika tidak berhenti dari bisnis, keutuhan rumah tangganya terancam. Anak Tata masuk rumah sakit karena kurang gizi, sedangkan Bia, suaminya jobless dan malu pulang ke rumah karena Bia memergokinya bermain peran sebagai pocong. Di saat itu pula hubungan Anin dan Chaky nyaris kandas karena perjodohan. Lantas bagaimana dengan butiknya ?

Di sesion inilah, Hanung membuat ending yang menurut saya manis dan win-win solution. Tidak pakai menghakimi apalagi menganggap pandangannya benar. Dia mengalirkan lagi kepada penonton untuk memilih prinsip dan keyakinan masing-masing, bahwa semuanya tergantung pada konsep rumah tangga yang dibangun.
Hanung hanya menekankan pada pentingnya keterbukaan dalam hubungan suami istri. Sari, tetap memilih ikut suami. Bia, Tata, dan Anin melanjutkan bisnis butik tersebut. Bahkan para suami sama-sama ikut berperan sesuai dengan bidangnya untuk memajukan Meccanism.

Meski Sari menjadi ibu rumah tangga, ia tetap diijinkan suaminya "membantu" secara sukarela untuk sekedar bersilaturahmi. Malah suaminya berniat  untuk membantu mengurusi masalah keuangan-perpajakan butik itu. Dan, si Anin berencana menikah dengan pacarnya. Ia juga sudah mengenakan hijab.

Akhir kata, saya menghormati juga pendapat orang-orang yang berbeda dengan saya. Sekali lagi banyak nilai dan hikmah yang bisa dipetik, jika pikiran kita mau terbuka. So, tontonlah dulu film hijab, baru berkomentar.




Belajar Melukis di Galeri Armain Bekasi Square



Selain memburu buku murah, aktivitas yang menyenangkan "family time" di Bekasi Square adalah mengunjungi galeri lukisan. Ada beberapa galeri lukis di sini, letaknya juga berjauhan. Galeri Armain adalah salah satu yang kami beberapa kali kunjungi. heheh belum membeli sih, baru lihat-lihat saja untuk memotivasi Meili menggambar dan melukis. 

Alhamdulillah, anakku Meili (9 tahun)   memiliki sejumlah talenta : mewarnai dan menggambar, juga menulis. Tapi sayangnya, ia begitu moody, jadi aku harus lebih kreatif memotivasinya. Salah satunya, dengan mengajakanya berkunjung ke tempat-tempat yang membuatnya termotivasi. 

Di Galeri yang terletak di Lt. LG Blok 180-183 ini, pengunjung selain melihat koleksi lulisan beraliran naturalis, memesan khusus, sekaligus juga belajar melukis. Untuk kursus melukis ini biayanya Rp 100 ribu per kedatangan. Hari dan waktunya bebas disesuaikan dengan pihak yang ingin belajar. Perlengkapannya bisa membawa sendiri atau membeli di sana. Pelukisnya juga menyediakan secara cuma-cuma kertas lukis dan materinya.

Meili mulai tertarik untuk belajar. Tetapi karena lokasi rumah kami jauh, jadi ya aku urungkan. Bolehlah nanti sekali-kali ikutan kursus singkatnya.



Oya, bagi pengunjung yang ingin dilukis, tarifnya bervariasi, tergantung bahan yang dipakai, cat, bingkai dan jumlah kepala. Untuk lukisan goresan pensil satu warna, ditawarkan seharga Rp150 ribu sudah termasuk bingkai. Kalau goresannya lebih divariasikan dengan menggunakan pensil juga, harganya Rp 300 ribuan. Dan, kalau yang tertarik dengan berwarna sesuai dengan obyeknya, bisa Rp 1 jutaan termasuk bingkainya. Hmm..jadi kepingin dilukis juga suatu hari. 



Kontak galeri lukisan Armain : 021 56161746, 081807819347.



Memburu Buku Murah dan Kebiasaan Membaca



Memburu buku murah, sebenarnya aktivitas lama yang menyenangkan. Waktu masih jadi pelajar, Senen merupakan tempat favoritku mencari buku-buku pelajaran  murah.  Berlanjut mahasiswa, Pasar Buku Murah Palasari di Jalan Palasari, Bandung, jadi kunjungan wajib begitu dapat uang bulanan atau honor nulis. Murah-murah banget harganya. Berbeda jauh dari Gramedia, Gunung Agung atau toko-toko buku di mal. Memang tempatnya kurang nyaman, tetapi kan bukan tempat yang dibeli xixixi.

Aktivitas ini sempat vakum lama karena kesibukan rutinitas pekerjaan dan Mbah Google yang sudah mulai eksis. Sempat juga memburu buku dan majalah murah ketika berkantor  di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat. Itu pun lantaran  tiap hari ke kantor lewat Stasiun Cawang (dulu sebelum ada penertiban jualan). Sambil nunggu kereta atau setelah pulang kantor, nunggu macet, nongkrongin dulu abang-abang penjual buku dan majalah. Majalah tentang destinasi dan travel jadi obyek perburuanku. Lumayan, buat inspirasi tulisan. Kala itu, aku kerja di media seputar pariwisata dan event.



Sekarang, aktivitas memburu buku murah ini mulai aku giatkan lagi. Setelah putar otak bagaimana membuat anak-anak sibuk. Anakku Meili (9 tahun) kurang suka membaca. Dia lebih suka nonton.  Beberapa kali aku belikan buku bacaan dan majalah anak yang dia suka, cuma dilihat-lihat saja dan akhirnya teronggok manis di lemari. Aku sempat belikan buku tentang kisah Nabi  yang ada remark video-nya. Jadi begitu ditempelkan di layar android yang sudah diinstal programnya, langsung menyala video. Alhamdulillah, dia baca sampai tuntas. Bisa jadi, Meili suka yang interaktif untuk menghindari kebosanan.

Sedangkan si Barra (4 tahun), adiknya agak lumayan. Dia senang melihat gambar dan berimajinasi menceritakan isi gambar tersebut. Hmm..bisa jadi anak-anakku kurang suka baca, karena orang tuanya kurang memberi contoh (jadi malu jarang baca buku sejak Mbah Google eksis). 

Kegairahan membaca Meili, baru muncul ketika  mulai diajarkan pelajaran mengarang di sekolah. Aku bilang, kalau kamu ingin bisa mengarang, kamu harus rajin membaca. Aku mencontohkan sejumlah cerita dari Majalah Bobo bekas. Dari situlah, pelan-pelan Meili mulai baca majalah. Aku minta dia menceritakan kembali isi cerita yang dibacanya secara lisan. Melihat kakaknya sibuk dengan buku, Barra adiknya pun tidak mau kalah. Senangnya..aku jadi bersemangat ikutan membaca bareng.

Jadi kepikiran mau bikin perpustakaan di rumah dan taman baca seperti rumah baca violette Bunda Hapsah. Aku sempat ceritakan rencana ini ke Meili. Mengingat di lingkungan rumahku, tak ada perpustakaan. Di sekolahnya pun, kata Meili koleksi bukunya sedikit.


Bekasi Square, Tempat Perburuan Buku Murah yang Asyik

 

Nah ini mal ini sekarang jadi favorit kami. Lokasinya dari rumahku di Cileungsi kurang lebih satu jam perjalanan. Mal yang berada di dekat pintu tol barat Bekasi ini beberapa tahun lalu sempat sepi. Agak malas juga mengunjungi mal yang kayak kuburan. Aku beberapa kali ke mal ini karena ada acara lomba mewarnai dan belanja kebutuhan rumah tangga.

Mal-mal di kawasan sekitar tol barat memang sudah bejibun. Karena itu, pengelola Bekasi Square mencoba semaksimal mencari sesuatu yang otentik dan menarik pengunjung. Diantaranya dengan menggelar berbagai acara, memasukkan tenan unik seperti galeri lukis, craft(kerajinan), toko buku murah, kain, dan sebagainya.

Toko buku murah cukup sukses memikat pengunjung. Ada dua toko buku murah di sini yaitu Gudang Buku Murah dan Bursa Buku Murah. Keduanya terletak di lantai yang sama, lantai 1. Tetapi, lokasinya berjauhan, dari ujung ke ujung. Serasa musuhan :). Kalau pengunjung yang tidak menjelajahi atau tidak bertanya ke penjaga mal, sepertinya yang satu lagi luput dari perhatian. 

Meili asyik membaca di Gudang Buku Murah.

Barra nggak mau kalah eksis dengan kakaknya di Gudang Buku Murah.



Dari segi luas, 'Gudang Buku Murah' lebih luas. Ada space berisi tempat duduk untuk pengunjung membaca. Buku-buku, majalah, komik, novel yang dijual rata-rata produk lama. Dari segi tampilan ya sesuailah dengan tahunnya. Malah tidak sedikit halaman yang bercorat-coret. Harganya mulai dari Rp 5000-an sampai 50 ribuan. Di sini tergantung kejelian kita mencari buku yang bagus. Alhamdulillah aku menemukan beberapa buku penunjang pelajaran Meili tentang alam semesta. Kalau sudah ketemu yang bagus, rasanya mau memborong, kalau tidak ingat isi dompet.

Barra senang ketemu buku yang dicarinya di Bursa Buku Murah.




Sedangkan di 'Bursa Buku Murah", buku-buku, novel, majalah yang dijual sebagian besar masih baru. Kemasannya  bagus, berplastik, kertasnya juga masih baru. Harganya itu loh yang nggak nahan, Rp 5000-an, untuk buku-buku cerita anak dwi bahasa, buku tuntunan agama, desain, seni, IT dan sebagainya. Yang agak tebal, ditawarkan hanya Rp 10.000. Malah ada novel yang tebal dengan kemasan masih baru, dijual Rp 15.000. Meski jarang baca novel, dibeli juga deh. Selain itu untuk novel-novel baru harganya standar Rp 35.000- 60 ribuan. Intinya, kalau di Bursa Buku Murah, kemasannya terawat sekali. Sayangnya di sini, tidak ada tempat duduk untuk pengunjung sekedar membaca. Hehhe mungkin biar membeli kali ya. 


Sejumlah novel dan buku cerita yang aku beli di Bursa Buku Murah.



Ini harganya Rp 10 ribu.


Meili pun jadi bernafsu memilih-milih buku. Katanya, teman-temannya suka bacain majalah dan buku cerita yang pernah aku beli untuk Meili. Dan, temannya menagih Meili lagi untuk buku-buku baru lainnya. Loh kok bisa ? padahal setahuku teman-temannya belum pernah baca buku koleksi Meili. Usut punya usut ternyata Meili beberapa kali membawa buku-buku cerita dan ilmu pengetahuan ke sekolah. Bahkan ia sudah menceritakan rencana mau buka perpustakaan. Wahh..aku dan suamiku jadi giat nabung nih buat nambahin ruangan di atas untuk perpustakaan. Kayaknya ini bisa menjadi resolusi 2015. Semoga terkabul. "Tetapi Meili, kamu juga harus rajin membaca ya..Masa udah punya perpustakaan, yang punyanya nggak suka baca,"pesanku. Meili cengar-cengir sambil ngangguk.


Kumpulan Emak Blogger, Lebih Dari Sekedar Inspirasi


Alhamdulillahirobbi'alamiin, puji syukur atas nikmat Allah, aku ditautkan bergabung di komunitas perempuan yang terdiri dari emak-emak dan calon emak yang suka ngeblog (ups..maaf kalo ada kaum prianya, tapi nggak  kesebut). 

Alhamdulillahirobbi'alamiin juga, Kumpulan Emak-emak Blogger (KEB) makin eksis di hari jadinya yang ketiga. Wow..fantastis, usianya boleh balita, tapi asuhannya segambreng. Saat ini anggota KEB sudah mencapai  1.747 anggota. Hmm nggak kebayang ya, betapa repotnya makmin-makmin cantik yang terdiri dari Mak Mira Sahid (founder), Mak Indah Julianti (co-founder), Mak Sary Melati (co-founder), Mak Irma Susanti, Mak Lusi Trisnasari dan Mak Vema Syafei mengopenin anggota yang hampir 2000 orang. Semoga Allah balas dengan kebaikan yang berlimpah ya emaks.

Ini adalah curahan hatiku yang pernah kutulis untuk kali kedua. Hmm nggak terasa, sudah hampir dua tahun, aku gabung di komunitas keren ini. Meski tak seaktif dan sepopuler emaks yang lain yang eksis posting dan kopdaran  serta mengikuti berbagai kompetisi lomba, aura berbagi dan berprestasi emak-emak KEB terus mendesir di timelineku. Emak-emak Hebat ! dua kata itulah yang langsung menancap di benakku ketika menyebut tentang KEB.

Hebat, karena rasa berbaginya. Berbagi informasi yang bermanfaat dalam berbagai bidang, pengalaman, pengetahuan dan segala upaya dikerahkan untuk saling memajukan dan menginspirasi. Tak hanya itu, rasa berbagi pun diterjemahkan dalam bentuk pemberian hadiah-hadiah give away. Ujung-ujungnya memotivasi untuk berkarya dan membuat hidup lebih bermakna.

Arisan Ilmu ke-2 tentang Job Review dengan Mak Isnuansa


Hebat, karena terdiri dari emak-emak yang berprestasi. Emak-emak yang berani mengalahkan ketakutannya untuk senantiasa optimis berpartisipasi dalam berbagai kompetisi blog. Alhamdulillah, jawara-jawara blogger pun mengalir deras lahir dari KEB. Bangga !

Hebat, karena begitu inspiratif menggelar berbagai acara off air. Lagi-lagi demi memotivasi dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam menulis sebagai blogger. Syukur-syukur dari aktivitas ngeblog bisa menghasilkan pundi-pundi materi. Ya, Arisan Ilmu salah satu diantaranya. Banyak manfaat dirasakan ketika mengikuti acara ini. Pengetahuan sudah pasti. Yang lainnya, tentu saja pertemanan dan persahabatan yang lebih erat. Dengan bersilaturahmi, kita memang jadi mengenal satu sama lain. Awalnya belum berteman lewat facebook, dengan adanya pertemuan terbuka, Alhamdulillah bisa terjalin pertemanan yang menyenangkan dan saling bertukar nomor telepon. 

Akhirnya bisa bertemu dengan Mak Irma yang cantik


Kesibukanku yang lumayan menyita energi dan perhatian untuk beralih perhatian ke selain pekerjaanku sebagai wirterpreneur dalam dua tahun terakhir ini, memang cukup membuat luput terhadap sesama anggota KEB. Aku hanya mengetahui sedikit emak diantara ribuan emak yang hebat di KEB. Aduhh maafkan ya maks. Meski sedikit, tapi Alhamdulillah, pertemanan kami cukup erat. Ada beberapa emak yang aku ajak gabung dengan sejumlah proyek penulisanku. Semoga kerja samanya bisa berlanjut terus. Ada emak juga, kita bisa saling curhatan dan memotivasi. Ahh indahnya. 

Makanya, sebagai resolusiku di tahun 2015 ini, nggak muluk-muluk. Hanya ingin "menghidupkan blog" dan berteman lebih banyak dengan emak-emak di KEB. Semakin banyak aku tahu tentang siapa emak-emak ini, aku jadi merasa belum apa-apa. Masih merasa pengetahuan dan pengalamanku begitu sedikit. Ketrampilan menulisku juga masih pas-pasan dan sebagainya. 

Hmm..PR-ku makin banyak ya maks. Aku mencoba membiasakan diri untuk blog walking demi mengenal lebih dekat emaks, menyerap informasi dan inspirasi yang selalu emaks suguhkan di timeline KEB. Alhamdulillah, ternyata banyak sekali manfaat yang aku rasakan dari blogwalking. Aku jadi terus termotivasi untuk bisa saling berbagi. Semoga dari aktivitas blogwalking bisa  terjalin pertemanan yang harmonis dan sinergis ya Maks..Aamiin.

Akhir kata, "Selamat Ulang Tahun Kumpulan Emak-emak Blogger yang ke-3" Semoga semakin eksis dan menginspirasi untuk berbagi. Dengan berbagi, kita akan selalu merasa hidup dan menghidupkan. Dan, dengan berkomunitas, kita bisa saling menguatkan. 













Mengembangkan Bakat Menulis Meili



Hari ini Meili begitu tergesa menghampiriku. Keringat membasah di keningnya. Wajah hitamnya jadi kelihatan mengkilat karena keringat. "Ma, tahu nggak Meili dapat juara berapa lomba ngarangnya ?" Aku yang masih tadarusan, langsung menghentikan bacaanku dan menoleh ke arahnya, sengaja tidak ingin menebak ;). Masih dalam hitungan detik, Meili sudah tidak sabar  memberitahuku "kabar gembira"yang dinanti-nanti sejak seminggu lalu.

'Ma, aku dapat juara 1. Naila juara 2 !" Matanya tampak berbinar sambil menunjukkan hadiahnya padaku. Barra yang sedang asyik rebahan nonton TV langsung merebut hadiahnya..'Lihat Ka..!. Meili langsung mengepit hadiahnya ketika tangan mungil Barra merebutnya. "Ntar dulu difoto sama Mama !"  Mereka sempat berebutan. Aku langsung memeluk Meili dan bilang "hebat". "Tuh De, kakak Meili juara !"

Kegiatan mengarang sebenarnya sudah dimulai Meili sejak awal kelas 4. Guru kelasnya pandai mendorong anak didiknya berprestasi. Ya, waktu itu, ramai pemberlakukan kurikulum 2013, dimana metode belajarnya dibuat kreatif, tidak monoton, dan pure mengembangkan potensi siswa. Meili sangat senang dengan metode belajar ini. Bu Lia, nama guru kelas Meili kerap menugaskan anak-anak mengarang. Awalnya Meili merasa ragu dengan kemampuannya.


Meili memang "kurang PD" terhadap sesuatu yang dia belum kuasai. Di kelas 3, aku sudah mengajak Meili untuk coba menulis dan mencoba membuatkan blog buatnya. Kami buat blog bareng. Dia yang pilih template dan fotonya (http://dunia-meilia.blogspot.com). Dia mulai suka. Hmm...harus sabar ya mengajak anak agar menyukai kebiasaan baru. 

Mengapa aku minta menekuni menulis ? pertama, karena aku melihat dia punya potensi menulis. Nilai pelajaran mengarangnya cukup bagus. Dia bisa mengembangkan imajinasinya. Kedua, aku rada prihatin dengan perubahannya yang mulai tidak menyukai kegiatan menggambar dan mewarnai. Padahal dia sangat berbakat. Sejak usia 5 tahun, dia sudah aktif mengikuti berbagai lomba mewarnai. Alhamdulillah, meski tidak selalu juara, tetapi bisa mengumpulkan sebanyak 33 piala lomba sampai kelas 2 SD. Dia merasa termotivasi dengan guru mewarnainya yang masih siswa SD itu berprestasi. Aku sempat menge-leskan mewarnai.

Hasrat berprestasi Meili cukup tinggi. Tapi juga mood-nya turun naik dan suka nggak PD-an ketika "lawannya" punya kemampuan lebih. Langsung ngeper dan mendadak menjadi tidak bagus mewarnainya. Hmm kalau sudah begini, mulutku ga berhenti memotivasi. 

"Mama nggak pa pa kok kalau Meili nggak juara. Yang penting mewarnai kamu rapih, tidak keluar garis dan selesai semua. Kalau bagus, nanti mama kasih hadiah." Meski sudah dimotivasi, tetap tidak mempan. Matanya melirik-lirik temannya ;). Kepercayaan dirinya menjadi hilang. Aku suka menjauhkan posisi duduk dengan rekannya yang pandai, biar lebih fokus.

Dan, begitu namanya tidak dipanggil sebagai juara, dia sangat sedih. Hingga akhirnya, perlahan-lahan mundurlah dari kegiatan kompetisi mewarnai. Paling sesekali ikut di lingkungan rumah.



Jam sekolahnya juga sudah melelahkan. Tiap hari, Meili yang kala itu kelas 3, pulang sekitar jam 15:00. Belum lagi mengaji setelahnya. Letih, makanya aku tidak begitu memaksakan dia untuk beraktivitas lebih. Aku pun tidak memaksakan dia ekstra belajar lagi di malam hari. Kecuali jika ada PR. Les mewarnainya sudah lama dihentikan atas permintaannya sendiri.

Sejak tak ada aktivitas lomba, aku melihat ada penurunan pada diri Meili. Dia menjadi tak begitu ambisi untuk berprestasi. Datar sekali. Dia selalu merujuk pada teman mainnya, yang memang tanpa aktivitas kecuali sekolah. Di situlah, aku mulai aktif memotivasi dengan berbagai cara. Ada rewards, jika dia berhasil melakukan sesuatu. Aku putar otakku bagaimana membuat dia antusias untuk berprestasi. Waktu itu, aku baru risain. Sedih juga. Setelah risain kok malah anak menjadi rendah motivasi. 

Teman memang kuat membawa pengaruh. Teman-teman lingkungan rumahnya, tidak dichallenge orang tuanya untuk melakukan aktivitas di luar sekolah. Meili sekolah di swasta dengan jam belajar lebih panjang  dibandingkan dengan SD negeri yang hanya 3 jam di sekolah. Kalau dihitung efektifitasnya, paling cuma 2 jam belajar. Nah, Meili kerap membandingkan perlakuan orang tua teman-teman mainnya.



Maka itu aku pilih aktivitas ngeblog. Alhamdulillah dia suka. Cuma masalahnya, hehe teknis. Kami hanya punya laptop satu. Itu pun aku  pakai untuk kerjaan menulisku untuk klien. Insya Allah, bisa beli laptop lagi buat Meili.

Dia aku dorong mengarang dengan menulis di buku. Buku harian,  salah satu medianya. Kalau dia sedang berada di sekolah, suka aku baca. Meili banyak bercerita tentang teman-temannya. Dia kesal sama siapa, suka dengan siapa. Dan, dia pun bisa memeringkat teman-temannya, mana teman yang baik hati, teman yang suka mengecewakan, teman yang suka mencontek, dan pastinya ada temen cowok yang dia suka. Wahh anakku sudah mulai menyukai lawan jenis. Aku suka pancing, dia tersipu malu.

Memasuki kelas 4, gairah menulisnya timbul lagi. Aku juga rangsang kreativitasnya dalam menentukan topik cerita. Hampir seminggu sekali, kami jalan-jalan untuk mengembangkan imajinasinya. Alhasil, setiap ada pelajaran mengarang, dia runut menceritakan pengalamannya. Dan, rata-rata cerita yang diangkat Meili seputar jalan-jalan ;). Alhamdulillah, efektif juga mengembangkan imajinasi dengan mengajak anak jalan-jalan. Mengapa jalan-jalan ? itu karena Meili suka jalan-jalan.

Ketika kompetisi mengarang di kelasnya, Meili seakan punya amunisi lebih bercerita tentang pengalamannya mudik sekaligus berwisata ke Yogya dan Candi Borobudur. Aku tidak begitu membatasi imajinasi karangannya. Aku hanya mengoreksi tata bahasa huruf besar dan kecil, titik, koma, dan tanda baca lainnya serta alur cerita yang memokus. Aduhh..jadi malu hehe mamanya nggak begitu ahli menulis ;).

Dengan prestasi ini, Meili jadi semangat bikin cerita di Majalah Bobo. Siap-siap naikin moodnya lagi nih kalo turun ;)