Jual Daster Batik

Jual Daster Batik

Petualangan 1000 Anak ala Rumah Perubahan


Hai teman-teman pernah dengar atau tahu Rumah Perubahan? Jujur, aku baru kali pertama mengetahuinya ketika membaca sebuah info dari teman di media sosial tentang acara petualangan cilik di Rumah Perubahan.

 Yang terbayang di benakku adalah sebuah rumah yang berisi orang-orang yang berkeinginan kuat untuk  maju atau rumah dinamis yang mewadahi, mengakomodasi dan menginspirasi segala kebutuhan orang-orang yang ingin berfikir maju dan menata hidupnya untuk lebih baik.  Hmm..Alhamdulillah penafsiranku rupanya tidak jauh meleset.

Rumah Perubahan memang dilahirkan oleh Rhenald Kasali, seorang pengusaha sekaligus motivator bisnis yang handal negeri ini, bertujuan untuk melakukan perubahan nyata, membebaskan masyarakat, dunia usaha, dan negeri ini dari belenggu yang mengikat kaki, tangan, dan pikiran mereka.

Di alam terbuka di Rumah Perubahan, Rhenald Kasali menerapi pikiran-pikiran yang terbelenggu yang membuat bangsa ini rapuh. Diantaranya pikiran dan sikap yang kurang bersyukur, cepat merasa puas, mudah menyerah, tidak terbuka, senang membangun keributan dan konflik, mudah tersulut amarah, gemar berwacana tanpa bertindak, menciptakan rintangan-rintangan untuk kemajuan, takut menghadapi realita baru dan sebagainya.


Berangkat dari visi tersebut, Rumah Perubahan yang didirikan sejak 7 September 2007 ini memberikan pelatihan dan melakukan berbagai kegiatan sosial yang meliputi  tiga bidang yaitu pendidikan, kesejahteraan sosial dan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan sosialnya adalah program 1000 petualangan cilik. Tidak tanggung-tanggung, Rumah Perubahan mengajak  secara cuma-cuma sebanyak 1000 anak  untuk berpetualang mencintai alam.

Petualangan ini dibagi dalam enam batch, mulai bulan Maret hingga September 2014. Sebelumnya, sebagai bentuk dari Social Entrepreneurship, Rumah Perubahan juga telah membangun Rumah Baca Manca dan TK-PAUD Kutilang untuk anak-anak kurang mampu dari segi ekonomi di daerah sekitar lokasi Rumah Perubahan di Jati Murni.


Serunya Berpetualang Mencintai Alam


Aku mendaftarkan anakku, Meilia (8 tahun) dan beberapa anak teman pada batch 1, 23 Maret 2014. Kegiatan ini dimulai pada pukul 08:00 hingga 12:00 WIB. Pukul 07:00, kami sudah harus daftar ulang di Rumah Perubahan yang terletak di Jalan Raya Hankam, Jatimurni, Bekasi. Dengan penuh semangat, Meilia sudah bangun dari jam setengah 5. Biasanya susah banget dibangunin. Udara dingin yang menusuk relung pori-pori rupanya tidak menggoyahkan semangat Meili bangun nyubuh :)

Pagi itu memang cuaca kelabu, matahari hanya mengintip saja dari peraduan. Gemericik hujan akhirnya tak kuasa jatuh juga membasahi bumi. Sepanjang jalan dari Cileungsi ke Jatimurni, hujan terus mengiringi. Sempat ragu dalam hati tentang acara ini, lantaran melihat jadwal acara yang dikirimkan panitia via imel, nyaris sepenuhnya dilaksanakan di luar ruang. Hmm panitia kayaknya harus bikin plan berbeda nih kalau cuaca nggak mendukung,”..pikirku. Aku lihat di belakang, Meili sudah berada di alam mimpi lagi. Hehe ngelanjutin tidurnya.



Sekitar pukul 07:30, kami sudah sampai di area sekitar lokasi Rumah Perubahan. Hujan makin deras aja. Dari kejauhan, nampak iring-iringan anak-anak berpayung dan berjas hujan berjalan penuh semangat. Kami yang memang baru kali pertama ke Rumah Perubahan, sedikit menebak, jangan-jangan itu anak-anak yang akan berpetualang. Dari balik mobil, aku tanya ke Bapak Security yang “mengamankan” iring-iringan anak-anak itu. “Pak, Rumah Perubahan ada di sebelah mana ya ? Masih jauh dari sini ? tanyaku. “Oo nggak bu, tinggal sedikit lagi. Masuk jalan ini dan Ibu ikuti aja anak-anak itu ya," jawab Bapak Security. Aku dan suamiku saling tersenyum melihat semangat anak-anak yang rela berhujan-hujan menuju Rumah Perubahan. Sepertinya puluhan anak-anak itu tinggal tak jauh dari lokasi Rumah Perubahan.

Letak Rumah Perubahan memang agak ke dalam. Kita harus menyusuri jalan setapak yang hanya memuat satu arah mobil. Dari jalan utama sekitar 300 meter. Rumah perubahan benar-benar berada di tengah-tengah pemukiman penduduk yang cukup padat. Kendaraan kami langsung digiring ke area parkir di sebuah hamparan kebun. Hujan masih enggan berhenti. Meili yang sedari tadi tertidur, langsung siaga. ‘Ma, kita ada dimana nih? Tanyanya sambil mengucek-ngucek matanya, mengumpulkan nyawa. “Kita sudah sampai Mel..”jawabku sambil tersenyum dan mengajaknya berjalan kurang lebih 5 menit menuju lokasi. 

Wahh rupanya, di pelataran Rumah Perubahan sudah penuh kendaraan sehingga kendaraan kami tidak kebagian. Luar biasa semangat betul nih anak-anak dan ayah bundanya ;).  Di ruang daftar ulang, anak-anak dengan penuh keceriaan siap bermain.  Mereka yang telah daftar ulang dibagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan usia. Kami pun dibekali snack dan voucher Starbuck. Kakak-kakak mentor dan fasilitator kelompok sudah  kumpul di ruangan. Hmmm hujan masih betah. “Ya Allah, terangkanlah cuacanya. Berilah anak-anak ini kesempatan merasakan petualangan di Rumah Perubahan,” doaku dalam hati.

Ayah bunda mengikuti acara bedah buku berjudul Bunda Lisa di Kafe Embun

Alhamdulillah sekitar pukul 08:30, perlahan tapi pasti matahari sudah mulai eksis beradu tampil dengan gerimis kecil.  Anak-anak tetap tak gentar segera menuju arena bermain. Meili masuk dalam kelompok Matoa. Orang tua diminta tidak mengikuti anak-anak bermain. Panitia telah menyiapkan acara khusus buat ayah bunda yaitu bedah buku yang berjudul "Bunda Lisa". di Kafe Embun.

Bunda lisa yang  tak lain adalah istri Rhenald Kasali ini memiliki jiwa sosial yang tinggi  sehingga mendorong Jombang Sentani Khairen, penulis buku tersebut yang juga seorang mahasiswa dari Prof Rhenald Kasali untuk mengabadikannya dalam sebuah buku biografi. Dalam buku tersebut  dikisahkan pula sisi lain seorang Bunda Lisa yang begitu memberikan arti bagi perjalanan hidup Rhenald Kasali. Ya,  "Dibalik kesuksesan seorang pria, pasti ada wanita hebat dibelakangnya. Dialah itu Bunda Lisa. Romantisnya...;) Aku yang niatnya mau bergabung dengan ayah bunda, ternyata malah larut mengikuti anak-anak bermain. ‘Sekalian reportase lah..heheh,” begitu pikirku.

Arena bermain Rumah Perubahan ternyata sangat luas dalam hamparan rumput yang tertata rapi. Ada hamparan perkebunan sayur, peternakan sapi, Rumah Tempe, tempat pemancingan, kafe dan sejumlah bale-bale santai. Sebanyak 136 anak berusia 3-14 tahun bergiliran sesuai dengan kelompoknya bermain dari pos satu ke pos berikutnya. Khusus untuk anak-anak yang berusia 3-5 tahun, panitia telah menyiapkan permainan sesuai usianya, diantaranya mewarnai, mendengarkan dongeng (story telling), memberi makan sapi, dan sejumlah kegiatan kreatif lainnya.



Di pos 1, kelompok Matoa bermain ‘dinamika kelompok”melalui pesan berantai dari satu teman ke teman lainnya. Jadi, anak-anak dibisikkan oleh kakak mentor kisi-kisi tentang “bentuk” pada sebuah piring. Sebagai medianya, disediakan irisan anggur, pisang, dan jeruk. Wahh anak-anak dengan kepolosan dan kekompakannya men-transfer pesan dari mentor melalui teman ke teman lainnya. Hasilnya, mereka rangkaikan irisan buah itu sesuai pesan yang ditangkap dari teman terakhir. Sejatinya, jika pesan-pesan itu tersampaikan dengan baik akan membentuk wajah tersenyum. Hhehe dari hasil itu, irisan buah hasil kerja sama anak-anak malah berbentuk tak jelas. Meski begitu anak-anak tetap senang. Kakak mentor pun menyampaikan isi dari permainan tersebut dalam bahasa mereka.

Dari pos 1 berlanjut ke pos 2 yang masih berada dalam lokasi yang sama. Di Pos 2 ini, Matoa bercocok tanam kangkung organik. Sebelumnya kakak mentor menjelaskan tentang pentingnya makan sayur-sayuran bagi kesehatan. Anak-anak diminta menyebutkan sayur-sayuran yang mereka kenal. 


Dibimbing kakak mentor, anak-anak tanpa keraguan dan takut becek langsung turun ke sawah memetik kangkung. “Ayo...petik sebanyak-banyaknya ya buat disayur sama bunda di rumah,” seru kakak mentor. Setelah itu mereka mencuci sendiri kangkung hasil petikannya. Siap deh dikemas untuk dibawa pulang. Oya, sebelum mengakhiri pos 2, kakak mentor juga memberikan kejutan hadiah bagi siapa yang bisa menjawab pertanyaan dengan benar.

Pos 3, letaknya lumayan jauh dengan perjalanan setengah mendaki. Di Pos 3 ini, kelompok Matoa bersiap untuk membuat tempe di Rumah Tempe. Rumah Tempe ini memproduksi tempe dengan teknologi moderen dan higienis. Sebelum membuat tempe, panitia membagikan masker, sarung tangan dan ikat kepala. Perlengkapan ini bisa dibawa pulang sebagai kenang-kenangan. Mantab bener serasa jadi chef. Kakak mentor dengan sabar dan suasana fun menjelaskan kronologi pembuatan “tempe embun”. 



Meili yang pernah melihat proses pembuatan tempe dari mbahnya di kampung cukup merasa heran karena proses pembuatan tempe embun ini tidak pakai diinjak-injak kedelainya. Jadi, kedelai yang berkualitas tinggi itu dicuci dan direbus dengan menggunakan air embun yang diperoleh dari teknologi tinggi. Air embun terbukti bebas dari mineral anorganik (sodium/garam, kloride), logam berat (timbal dan merkuri), serta pestisida berbahaya sehingga tempe yang dihasilkan lebih bersih, lebih sehat, lebih higienis dan lebih empuk. Anak-anak merasakan langsung “menguleni” tempe. Setelah dibersihkan dan direbus, setiap anak mengantongi sendiri kedelainya untuk dibawa pulang.
 “Disimpan di tempat yang bersih ya di rumah,” pesan salah satu kakak mentor. Dalam beberapa hari, kedelai yang dikemas itu nanti akan ditumbuhi jamur tempe. Jadi deh tempenya. Oya sebelum mengakhiri sesi ini, kakak mentor memberikan tebakan. Alhamdulillah Meilia dapat menjawab pertanyaan dengan tepat dan cepat. Hadiah berupa lampu belajar lucu berhasil diboyong Meili. Senangnya.


Usai membuat tempe, kerbau sudah menunggu untuk dimandikan. Wahhh, rupanya banyak anak yang takut memegang kerbau sehingga kakak-kakak harus membujuk dan menggendong beberapa anak yang ketakutan. Hehe di kota nggak pernah lihat kerbau ya, jadi agak aneh melihat hewan bertanduk dan bertubuh gemuk hitam itu.

Usai bermain air dengan kerbau, orang tua membantu memandikan anak-anaknya. Panitia mengatur rapi antrian sehingga tidak  terlalu berdesakan. Setelah cantik dan cakep kembali, anak-anak digiring ke halaman rumput bermain tentang dinamika kelompok, bagaimana bisa bekerja sama dengan sinergis menggelindingkan bola pada bilahan bambu. Terlihat team work terbangun dengan penuh keceriaan.


Tibalah pada pos puncak nih yaitu membuat biogas dari kotoran sapi. Meili baru tahu bahwa kotoran sapi yang diolah menjadi biogas bisa dimanfaatkan jadi energi listrik. "Aduhh Ma, bau deh Meili disuruh cium gasnya,” cerita Meili kepadaku yang waktu itu tidak berada di lokasi pembuatan biogas. Aku jelaskan ke Meili, bahwa segala sesuatu yang Allah ciptakan, kendati itu berupa kotoran, nyatanya sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia juga. Asal manusia itu mau berfikir dan berani menciptakan,” jelasku ke Meili.

Sambil menunggu anak-anak bermain, ayah bunda dihibur musik percusi dari limbah drum. Bagi ayah bunda yang ingin berbelanja produk sayuran, panitia menyediakan bazar sayuran. Segar-segar sekali sayuranya, langsung dipetik dari kebun. Aku memborong kangkung dan tempe. Kangkung memang menjadi makanan favorit Meili. 


Waktu setengah hari itu benar-benar sangat bermanfaat bagi anak-anak untuk belajar mencintai alam sambil bermain. Pulangnya, anak-anak dibekali lagi sovenir dari sponsor.. Wah makin senang deh. Yuk ayah bunda ajak putra-putrinya ikut Program 1000 Petualangan  Cilik ala Rumah Perubahan. Gratis !. Menurut Nuril Eka, Bussiness Development of Social Change Division Rumah Perubahan, pada batch selanjutnya akan mengikutsertakan anak-anak diffabel. Let's Make a Change in Your Life !